Search In This Blog

Keep Your Mind Wide Open

You’ve got to keep your mind wide open. All the possibilities.

Keep Your Mind Wide Open

You’ve got to live with your eyes open. Believe in what you see.

Keep Your Mind Wide Open

Have you ever wanted more? Wanted more? Don’t you know there’s so much more.

Keep Your Mind Wide Open

Tomorrows horizons full of surprises Don’t let them take your dreams away.

Keep Your Mind Wide Open

Don’t hesitate, contemplate. No it’s not too late.

Rabu, 07 November 2012

Teka-teki Terbesar dalam Matematika Terpecahkan



Teka-teki terbesar dalam matematika, dinamakan Konjektur ABC, terpecahkan. Shinichi Mochizuki, matematikawan dari Kyoto University, memasukkan 4 makalah ilmiah yang menjelaskan konjektur itu secara online.

Pembuktian konjektur ABC diuraikan Mochizuki dalam 500 halaman. Data format PDF bisa dilihat di situs web milik Mochizuki dengan nama Teichmuller Theory. The Guardian, Rabu (19/9/2012), menyatakan, Mochizuki butuh waktu sekitar 4 tahun untuk memecahkan teori tersebut.

Kalangan matematikawan kini tengah menganalisis uraian Mochizuki untuk bisa dikonfirmasi kebenarannya. Jika terbukti benar, maka pekerjaan Mochizuki akan menjadi pencapaian terbesar dalam matematika di abad ini. Benar tidaknya uraian Mochizuki takkan bisa diketahui dalam waktu cepat.

Konjektur ABC pertama kali diajukan oleh matematikawan asal Inggris, David Masser bersama matematikawan Perancis Josep Oesterle pada tahun 1935. Teori tersebut belum berhasil dibuktikan kebenarannya dalam perhitungan matematika.

Konjektur ABC berkaitan dengan persamaan a+b=c. Konjektur berkaitan dengan bilangan buat a, b dan c yang tidak memiliki pembagi yang sama selain 1. Konjektur juga terkait dengan bilangan prima, bilangan prima lebih dari 1 yang tak memiliki pembagi selain 1 dan bilangan itu sendiri.

Sederhananya, jika ada bilangan prima yang dibagi dengan a atau b beberapa kali maka jumlahnya harus sama dengan jumlah bilangan prima yang dibagi dengan c hanya beberapa kali. Contohnya adalah operasi penjumlahan 81 = 64 = 145.

Bilangan 3 membagi 81 sebanyak empat kali. Sementara 2 membagi 64 sebanyak 6 kali. Namun, 145 sama dengan 5 x 29. Jadi akan didapatkan bahwa bilangan prima terbesar, 5 dan 29, membagi 145 hanya sebanyak 1 kali untuk mendapatkan bilangan yang tak dapat dibagi lagi dengan bilangan itu sendiri

New York Times pada Selasa (17/9/2012) memberitakan bahwa hal yang menarik pada uraian Mochizuki bukan hanya uraian cemerlang itu sendiri, tetapi juga "bahasa" matematika yang digunakan. bahasa yang dipakai benar-benar baru.

"Dia memakai bahasa yang benar-benar baru, Anda bisa mengatakannya, semesta baru dalam objek matematika, untuk mndeskripsikan sesuatu yang tak biasa yang semesta," kata Minhyong Kim, matematikawan dari University of Oxford. 

Mochizuki tidak mendeskripsikan dirinya sebagai matematikawan, tetapi inter-universal geometer. Apakah itu? banyak matematikawan pun belum memahaminya dengan baik. Namun demikian, Michizuki dipercaya sebagai orang yang mumpuni dalam matematika.

Sumber : http://sains.kompas.com/read/2012/09/24/19382184/Teka-teki.Terbesar.dalam.Matematika.Terpecahkan

Kapan Kehidupan di Bumi Berakhir?


Bintang Raksasa Merah

Kapan kehidupan di Bumi berakhir? Pertanyaan tersebut selalu menarik dan tak henti-hentinya dibahas. Namun, jawabannya masih misteri hingga saat ini.

Jack O'Malley-James dari University of St Andrews di Inggris berusaha mengetahuinya dengan melakukan pemodelan. Tentu, pemodelan dilakukan dengan dukungan dasar-dasar ilmiah.

Hasil pemodelan, seperti diberitakan
New Scientist, Kamis (1/11/2012), menyatakan, kehidupan di Bumi akan berakhir dalam 2,8 miliar tahun, ketika Matahari berubah menjadi bintang raksasa merah. Selama satu miliar tahun sebelum kehidupan benar-benar berakhir, makhluk hidup yang eksis hanyalah mikroorganisme.

Lewat pemodelan, sebenarnya ilmuwan ingin melihat kehidupan di planet yang mengorbit bintang yang usia dan kondisinya terus berubah.

O'Malley-James mengatakan, "Kemampuan mendukung kehidupan bukanlah atribut dari planet itu, tetapi sesuatu yang memiliki umur (batasan) sendiri."

Peneliti memulai dengan membuat pemodelan peningkatan suhu Bumi di berbagai ketinggian bersamaan dengan perubahan jangka panjang karakteristik orbitnya.

Pemodelan menunjukkan, organisme makro akan punah saat Matahari semakin memanas. Laut menguap dan lempeng tektonik berhenti beraktivitas karena tak ada air. Saat itu, kolam air garam panas eksis di wilayah Bumi yang cukup tinggi, misalnya di gua-gua yang dalam. Mikroba bisa hidup di wilayah itu selama satu miliar tahun sebelum akhirnya juga akan punah.

Dari pemodelan, peneliti mengungkapkan bahwa mungkin kehidupan di suatu planet adalah sebuah siklus. Awalnya, mikroba tercipta lebih dahulu selama 3 miliar tahun pertama. Evolusi kemudian mengizinkan terciptanya makroorganisme. Namun, pada akhirnya, organisme kompleks akan punah lebih dulu. Di masa akhir "kehidupan" planet, hanya mikroba yang bisa eksis.

Dengan pandangan itu, jika memang kehidupan ada di luar Bumi, maka mungkin hanya soal waktu saja mikroba dan makroorganisme bisa eksis.

"Bukanlah sebuah planet yang mati, melainkan mungkin sebuah planet baru ada pada fase akhir kemampuan mendukung kehidupannya," ungkap O'Malley-James.

Euan Monaghan dari Open University di Milton Keynes, Inggris, setuju dengan pemikiran bahwa kehidupan adalah siklus dari sederhana, kompleks, kemudian kembali ke sederhana lagi.

"Jika kehidupan eksis di banyak tempat, maka kita cuma perlu untuk menemukan periode yang tepat yang mendukung kehidupan multiseluler (kompleks)," urainya.


Sumber : http://sains.kompas.com/read/2012/11/02/2302412/Kapan.Kehidupan.di.Bumi.Berakhir

Badai Sandy, Mengapa Tak Biasa?


Badai Sandy diberitakan telah mendarat di Amerika Serikat. Badai yang terbentuk di Karibia ini berdasarkan berita AFP, Selasa (30/10/2012), sudah mengakibatkan 11 orang di Amerika Serikat dan Kanada tewas. Sementara beberapa wilayah New York mengalami banjir dan tanah longsor terjadi di New Jersey.

Pertanyaan muncul, mengapa badai Sandy bisa begitu besar dan tak biasa? Bagaimana bisa dampaknya sedemikian signifikan? Padahal, sesuai informasi yang dikeluarkan Badan Cuaca Nasional Amerika Serikat, badai ini hanya tergolong kategori 1, badai yang tergolong paling lemah dengan kecepatan 118-152 km/jam.

David Nolan, associate professor bidang meteorologi dan oseanografi di Riosenstiel School of Marine and Atmospheric Science, University of Miami, dalam tulisan opini di CNN, Selasa hari ini, mengungkapkan bahwa badai Sandy menjadi tak biasa karena adanya pertemuan dengan siklon ekstratropis pada waktu yang tepat.

Badai Sandy mulai tumbuh sebagai siklon tropis. Seperti umumnya siklon tropis, badai Sandy terbentuk akibat paduan faktor suhu permukaan air laut, udara lembab, dan angin. Pada awal terbentuknya, udara dari dekat permukaan air laut naik ke atas, menciptakan wilayah bertekanan rendah.

Informasi dari National Hurricane Center di Miami menyatakan bahwa cikal bakal badai Sandy adalah gelombang tropis dan gangguan cuaca di wilayah Karibia pada tanggal 19 Oktober 2012. Awalnya, dikatakan bahwa potensi tumbuh siklon tropis rendah, tetapi potensi terus meningkat hingga siklon tropis benar-benar terbentuk pada 22 Oktober 2012.

Pada tanggal 24 Oktober 2012, mata badai terbentuk. Badai Sandy terus bergerak dari Karibia menuju pantai timur Amerika Serikat. Dalam pergerakannya, badai sandy menimbulkan bencana di Kuba, Haiti, dan Bahama. Puluhan orang diberitakan tewas terdampak badai ini, sementara longsor juga terjadi di wilayah Kuba.

Saat mengakibatkan bencana di Kuba, badai Sandy bergerak dengan kecepatan mencapai 216 km/jam. Semakin ke utara, kecepatan semakin berkurang. Pada Senin (29/10/2012), kecepatan gerak badai Sandy menjadi 75 km/jam dan sempat dilaporkan menguat menjadi 85 km/jam pada malam harinya.

Ukuran badai Sandy bertambah akibat semakin banyaknya udara hangat yang diambil. Faktor yang sama pula yang mengakibatkan kecepatan bertambah. Citra yang dirilis Badan Cuaca Nasional AS mengungkap bahwa ukuran badai Sandy begitu besar mencakup sepertiga wilayah timur negara tersebut.

Saat sampai di wilayah Amerika Serikat, badai Sandy bergabung dengan badai musim dingin dari pantai barat Amerika yang menuju ke timur dan angin dingin dari Kanada. Gabungan tiga sistem itu membentuk badai yang disebut "Frankenstorm". Badai yang terbentuk mengancam setidaknya 60 juta orang di Amerika Serikat, terbesar dalam 100 tahun terakhir.

Nolan mengatakan, dalam banyak kasus, dua badai dari wilayah dingin dapat melemahkan sistem badai tropis dan pada saat yang sama mendorongnya ke laut. Dua badai itu bisa membentuk siklon sendiri walaupun tak sekuat badai tropis.

Saat siklon ekstratropis terbentuk di wilayah lautan subtropik dan menuju ke pantai, siklon itu disebut nor'easters. Siklon ekstratropis dan badai tropis yang bergabung memang bisa menguat, tetapi seperti yang diuraikan sebelumnya, gabungan siklon ini akan cepat menghilang atau mati.

Dalam kasus badai Sandy, ada dua hal yang tak biasa. Pertama adalah jalurnya. Badai Sandy bukan mengarah ke lautan setelah pertemuan dengan dua badai lain, tetapi justru mengarah ke daratan.

Kedua, inti atau mata dari badai Sandy tetap kokoh walaupun sudah bertemu dengan dua badai dingin lainnya. Dengan proses ini, Frankenstrom kemudian terdiri atas inti dari badai Sandy yang dibungkus oleh dua sistem badai lain yang kemudian bergabung.

Pertanyaannya, mengapa hal itu bisa terjadi? Nolan mengatakan, Sandy datang pada saat yang tepat untuk bisa mengambil keuntungan atas dua badai musim dingin. Akibatnya, Sandy cenderung lebih kuat pengaruhnya pada sistem yang lain.

Peristiwa serupa badai Sandy bukanlah pertama kali terjadi. Pada tahun 1991, pernah terjadi badai yang sama disebut "Perfect Storm". Namun, tak seperti Sandy, Perfect Storm mati dalam proses pembentukannya.

Akibat ancaman badai Sandy, kota-kota yang tak pernah tidur di Amerika Serikat, seperti New York dan Washington, dipaksa terlelap sejenak. Program kampanye Barack Obama terganggu, bursa saham tutup, demikian pula sekolah-sekolah. Langkah evakuasi dilakukan untuk meminimalkan dampak badai Sandy.

Sumber : http://sains.kompas.com/read/2012/10/30/12492054/Badai.Sandy.Mengapa.Tak.Biasa

Badai 'Super' Sandy dan Perubahan Iklim


Badai Sandy yang kini menghantam wilayah Amerika Serikat dikatakan tak biasa dan menjadi badai terbesar di AS dalam 100 tahun. Besarnya badai membuat beberapa pihak berpikir bahwa besarnya badai Sandy adalah dampak dari perubahan iklim. Benarkah?

David Robinson dari Rutgers University seperti diberitakan Livescience, Senin (29/10/2012), mengatakan, terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa badai Sandy yang mulai terbentuk 22 Oktober 2012 di Karibia itu adalah dampak perubahan iklim.

"Anda tak bisa mengambil satu peristiwa seperti ini lalu menghubungkannya dengan fenomena lain, kecuali memang ada kondisi-kondisi yang mengarah ke sana," kata Robinson yang juga pakar iklim di pemerintahan New Jersey.

Namun, Kevin Trenberth dari National Center for Atmospheric Research mengungkapkan, menghubungkan antara besarnya badai Sandy dan perubahan iklim cukup beralasan. Perubahan kondisi lingkungan memang memicu terbentuknya lebih banyak badai besar.

Siklon tropis atau badai terbentuk di wilayah tropis akibat panas di dekat permukaan laut. Diketahui, suhu laut meningkat 0,5 derajat celsius sejak seabad terakhir. Kenaikan suhu air laut meningkatkan kemungkinan pembentukan badai tropis.

Publikasi pada bulan September 2012 juga menunjukkan bahwa badai tropis yang terbentuk saat ini bergerak lebih cepat dari badai tropis 25 tahun lalu. Badai dapat mencapai kecepatan 208 km per jam, 9 jam lebih awal dari biasanya.

Trenberth mengatakan, dengan suhu air laut yang lebih hangat, kelembaban udara di lautan 4 persen lebih tinggi. Hal ini juga memicu terbentuknya badai tropis lebih banyak dari biasanya.

"Secara umum, kami memperkirakan bahwa hal itu meningkatkan risiko, bahwa intensitas badai dapat lebih besar, demikian pula curah hujan akibat dampak badai 5-10 persen lebih besar dari biasanya," kata Trenberth.

Trenberth pun mengatakan, ada tanda bahwa badai dengan kategori 3 atau di atasnya meningkat makin sering. Meski demikian, hal tersebut bisa terjadi karena variasi dari tahun ke tahun akibat El Nino.

Robinson mengungkapkan, belum bisa disimpulkan apakah badai Sandy terkait perubahan iklim. Namun, bahwa perubahan iklim dapat berkontribusi pada semakin besarnya dampak bencana tak dapat dielakkan.

Sumber : http://sains.kompas.com/read/2012/10/30/14024699/Badai.Super.Sandy.dan.Perubahan.Iklim