Search In This Blog

Kamis, 03 November 2011

REDUPLIKASI

A. Pengertian Reduplikasi

Reduplikasi atau perulangan adalah proses pengulangan kata atau unsur kata. Reduplikasi juga merupakan proses penurunan kata dengan perulangan utuh maupun sebagian. Dalam bahasa Indonesia reduplikasi merupakan mekanisme yang penting dalam pembentukan kata, di samping afiksasi, komposisi, dan akronimisasi. Meskipun reduplikasi terutama adalah masalah morfologi, masalah pembentukan kata, tetapi ada pula reduplikasi yang menyangkut masalah fonologi, masalah sintaksis, dan masalah semantis.

Ciri umum reduplikasi sebagai proses pembentukan kata:

  1. Menimbulkan makna gramatis.
  2. Terdiri lebih dari satu morfem (Polimorfemis).

Dalam bahasa Melayu dikenal jenis-jenis reduplikasi berikut:

  • reduplikasi fonologis — pengulangan fonem tanpa terlalu banyak mengubah arti dasar.
  • reduplikasi morfologis — pengulangan morfem, misalnya: papa, mama.
  • reduplikasi sintaktis — pengulangan morfem yang menghasilkan klausa, contoh "malam-malam pekerjaan itu dikerjakannya", artinya "walau sudah malam hari, pekerjaan itu tetap dikerjakannya".
  • reduplikasi gramatikal — pengulangan fungsional dari bentuk dasar yang meliputi reduplikasi morfologis dan sintaksis.
  • reduplikasi idiomatis — atau 'kata ulang semu', adalah pengulangan kata dasar yang menghasilkan kata baru, contoh "mata-mata" artinya agen rahasia.
  • reduplikasi non-idiomatis — pengulangan kata dasar yang tidak mengubah makna dasar, contoh "kucing-kucing".

Penjelasan beberapa jenis reduplikasi diantaranya:

1. Reduplikasi Fonologis

Reduplikasi fonologis terjadi pada dasar yang bukan bukan akar atau terhadap bentuk yang statusnya lebih tinggi dari akar. Reduplikasi fonologis ini tidak menghasilkan makna gramatikal, melainkan menghasilkan makna leksikal. Yang termasuk reduplikasi fonologis adalah bentuk-bentuk seperti berikut ini :

Ø dada, pipi, kuku, cincin. Bentuk-bentuk tersebut bukan berasal dari da, pi, ku, dan cin. Jadi, bentuk-bentuk tersebut adalah sebuah kata yang bunyi kedua suku katanya sama.

Ø foya-foya, tubi-tubi, anai-anai, ani-ani. Bentuk-bentuk ini memang jelas termasuk bentuk pengulangan yang diulang secara utuh. Akan tetapi, bentuk dasarnya tidak berstatus sebagai akar yang mandiri. Saat ini, dalam bahasa Indonesia tidak ada akar foya, tubi, anai, dan ani.

Ø kupu-kupu, kura-kura, onde-onde, paru-paru. Bentuk-bentuk ini juga merupakan pengulangan yang diulang secara utuh. Akan tetapi, hasil reduplikasinya tidak melahirkan makna gramatikal. Hasil reduplikasinya hanya menghasilkan makna leksikal.

Ø luntang-lantung, mondar-mandir, teka-teki, kocar-kacir. Bentuk-bentuk ini tidak diketahui mana yang menjadi bentuk dasar pengulangannya. Selain itu, maknanya pun hanya makna leksikal, bukan makna gramatikal.

2. Reduplikasi Sintaksis

Reduplikasi sintaksis adalah proses pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa akar, tetapi menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada sebuah kata. Contohnya adalah :

Jangan jangan kau dekati pemuda itu.

Suaminya benar benar jantan.

Kata beliau, “tenang tenang, jangan panik”.

3. Reduplikasi Semantis

Reduplikasi semantis adalah pengulangan “makna” yang sama dari dua buah kata yang bersinonim. Misalnya, cerdik cendekia, alim ulama, dan ilmu pengetahuan. Selain itu, bentuk-bentuk seperti segar bugar, kering mersik, muda belia, tua renta, dan gelap gulita menurut Abdul Chaer juga termasuk dalam reduplikasi semantis. Akan tetapi, bentuk-bentuk seperti ini dalam berbagai buku tata bahasa dimasukkan dalam kelompok reduplikasi berubah bunyi.

4. Reduplikasi Morfologis

Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar yang berupa akar, berupa bentuk berafiks, dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan sebagian, maupun pengulangan berubah bunyi.

a. Pengulangan Akar

Ø Dwilingga (pengulangan utuh)

Pengulangan utuh (dwilingga) adalah pengulangan bentuk dasar tanpa melakukan perubahan bentuk fisik dari akar itu. Misalnya, meja-meja (bentuk dasar meja), sungguh-sungguh (bentuk dasar sungguh), makan-makan (bentuk dasar makan), dan tinggi-tinggi (bentuk dasar tinggi).

Ø Dwipurwa (pengulangan sebagian)

Pengulangan sebagian (dwipurwa) adalah pengulangan bentuk dasar yang hanya salah satu suku katanya saja yang diulang, dalam hal ini suku awal kata, disertai dengan “pelemahan” bunyi. Misalnya tetangga (bentuk dasar tangga), leluhur (bentuk dasar luhur), lelaki (bentuk dasar laki), dan jejari (bentuk dasar jari).

Ø Dwilingga salin suara (pengulangan dengan perubahan bunyi)

Pengulangan dengan perubahan bunyi (dwilingga salin suara) adalah pengulangan bentuk dasar tetapi disertai dengan perubahan bunyi. Yang berubah bisa bunyi vokalnya bisa pula bunyi konsonannya. Contohnya adalah bolak-balik, corat-coret, kelap-kelip, sayur-mayur, lauk-pauk, ramah-tamah.

Ø Dwiwasana

Dwiwasana adalah pengulangan bagian belakang dari leksem. Contohnya adalah tertawa-tawa, pertama-tama, sekali-sekali, berhari-hari.

Ø Trilingga

Trilingga adalah pengulangan kata dasar sebanyak tiga kali dengan variasi fonem. Contohnya adalah cas-cis-cus, ngak-ngek-ngok, dag-dig-dug, dar-der-dor.

b. Pengulangan Dasar Berafiks

Ada tiga macam proses afiksasi dalam reduplikasi.

Ø Pertama, sebuah akar diberi afiks dahulu, kemudian direduplikasi. Misalnya, pada akar lihat mula-mula diberi prefiks me- menjadi melihat, kemudian baru diulang menjadi bentuk melihat-melihat.

Ø Kedua, sebuah akar direduplikasi dahulu, baru kemudian diberi afiks. Misalnya, akar jalan mula-mula diulang menjadi jalan-jalan, baru kemudian diberi prefiks ber- menjadi berjalan-jalan.

Ø Ketiga, sebuah akar diberi afiks dan diulang secara bersamaan. Misalnya, pada akar minggu diberi prefiks ber- dan proses pengulangan sekaligus menjadi bentuk berminggu-minggu.

Pada contoh di atas, proses reduplikasi yang terjadi berlangsung ke arah sebelah kanan, atau sesuai dengan arus ujaran, sehingga disebut reduplikasi progresif. Akan tetapi, ada pula reduplikasi regresif, yaitu reduplikasi yang proses pengulangannya terjadi ke arah sebelah kiri. Contohnya adalah tembak-menembak, pukul-memukul.

c. Reduplikasi Morfemis

Harimurti Kridalaksana menjabarkan menjadi

Ø Reduplikasi pembentuk verba

Contohnya adalah :

1. Sebaiknya beres-beres dari sekarang.

2. Habis sudah majalah ini digunting-gunting oleh adikmu.

3. Kedua anak itu sedang berpukul-pukulan memperebutkan sebuah coklat.

Ø Reduplikasi pembentuk ajektiva

Contohnya adalah :

1. Anak Pak Hasan cantik-cantik.

2. Ia anak baik-baik.

3. Keris ini pusaka turun-temurun keluarga kami.

Ø Reduplikasi pembentuk nomina

Contohnya adalah :

1. Penduduk desa itu bertanam sayur-mayur.

2. Tetangga kami akan mengadakan pesta selamatan.

3. Langit-langit rumah kami sedang diperbaiki.

Ø Reduplikasi pembentuk pronomina

1. Dia-dia saja yang menjadi ketua kelompok.

2. Kami-kami ini biasanya makan di warung tegal.

3. Mereka menyebut kita-kita ini orang bodoh.

Ø Reduplikasi pembentuk adverbia

1. Kerjakan tiga-tiga supaya cepat selesai.

2. Dia meniti jembatan itu dengan perlahan-lahan.

3. Ia berangkat ke kantor pagi-pagi ­sekali.

Ø Reduplikasi pembentuk interogativa

1. Apa-apaan kamu datang ke rumah saya malam-malam begini.

Ø Reduplikasi pembentuk numeralia

1. Berpuluh-puluh mahasiswa berkumpul di depan kantor rektor untuk mengadakan aksi unjuk rasa.

B. Bentuk Kata Ulang :

Berikut ini adalah berbagai contoh bentuk kata ulang, yaitu:

1. Kata ulang murni atau pengulangan seluruh atau dwilingga, yaitu pengulangan seluruh kata dasar.

Contoh :


  • ibu-ibu
  • kuda-kuda

2. Kata ulang berimbuhan atau kata ulang sebagian, yaitu bentuk pengulangan kata dengan mendapat awalan, sisipan, akhiran atau gabungan imbuhan sebelum atau sesudah kata dasarnya diulang.

Contoh :


  • berlari-lari
  • bermain-main
  • menari-nari
  • hormat-menghormati
  • bunga-bungaan
  • kekanak-kanakan

3. Kata ulang berubah bunyi atau bervariasi fonem, baik vokal maupun konsonan.

Contoh :


  • lauk-pauk
  • serta-merta
  • warna-warni
  • gerak-gerik
  • mondar-mandir

4. Kata ulang suku awal atau dwipurwa, yaitu bentuk pengulangan suku pertama kata dasarnya, biasanya disertai variasi e pepet.

Contoh :

  • lelaki, laki-laki ~ lalaki ~ lelaki
  • sesama, sama-sama ~ sasama ~ sesama
  • tetangga, tangga-tangga ~ tatangga ~ tetangga

5. Selain bentuk kata ulang di atas, terdapat kata ulang semu atau kata dasar berulang.
Contoh :


- cumi-cumi

- paru-paru

- laba-laba

- pura-pura

- biri-biri

- kura-kura

- kupu-kupu

- kunang-kunang


Berikut merupakan penjelasan mengenai pembagian beberapa bentuk kata ulang secara garis besar merujuk kepada pendapat beberapa ahli:

  1. Kata Ulang Semu

Kata ulang semu sebenarnya bukanlah bentuk dari proses pengulangan, karena bentuk itu sendiri sudah merupakan bentuk dasarnya. Lantas mengapa dikelompokkan ke dalam kata ulang? Hal itu karena berdasarkan bentuknya, bentuk -bentuk tersebut masih termasuk ke dalam kata ulang. Bentuk-bentuk yang di maksud adalah seperti:


compang-camping

kocar-kacir

kupu-kupu

gado-gado

onde-onde


Namun, Soedjito hanya mengelompokkan bentuk- bentuk seperti kupu-kupu, onde-onde, dan gado-gado saja dalam kata ulang semu. Sedangkan bentuk kata seperti mondar-mandir, compang-camping, dan kocar-kacir, Soedjito mengelompokkannya dalam bentuk kata ulang berubah bunyi, hanya saja bentuk dasarnya tidak diketahui.

  1. Kata Ulang Berimbuhan

Banyak orang berpendapat bahwa kata ulang berimbuhan adalah kata ulang yang terdapat afiks di dalamnya seperti berjalan-jalan, tumbuh-tumbuhan, tulis-menulis. Bentuk-bentuk tersebut bukan merupakan kata ulang berimbuhan, tetapi bentuk itu termasuk dalam kata ulang sebagian. Karena, yang diulang hanyalah sebagian dari bentuk dasarnya saja.

Kata Ulang

Bentuk Dasar

berjalan-jalan

berjalan

tumbuh-tumbuhan

tumbuhan

tulis-menulis

menulis

Kata ulang berimbuhan yang dimaksud adalah kata ulang yang mendapatkan afiks setelah proses pengulangan.

Contoh:

mobil → mobil-mobil → mobil-mobilan

gunung → gunung-gunung → gunung-gunungan

orang → orang-orang → orang-orangan

anak → anak-anak → anak-anakan

kereta → kereta-kereta → kereta-keretaan

Namun, Menurut Ramlan, proses tersebut dinilai tidak mungkin jika dilihat dari faktor makna. Pengulangan bentuk dasar kereta menjadi kereta-kereta menyatakan makna ’banyak’, sedangkan pada kereta-keretaan tidak terdapat makna ’banyak’. Yang ada makna ’sesuatu yang menyerupai bentuk dasar’. Jelaslah bahwa satu-satunya kemungkinan ialah kata kereta-keretaan terbentuk dari bentuk dasar kereta yang diulang dan mendapat afiks -an.


mobil → mobil-mobilan

gunung → gungung-gunungan

orang → orang-orangan

anak → anak-anakan

kereta → kereta-keretaan


Demikian juga kata-kata kehitam-hitaman, keputih-putihan, kemerah-merahan, sejelek-jeleknya, setinggi-tingginya, sedalam-dalamnya, dan sebagainya, juga terbentuk dengan cara yang sama sebagaimana cara di atas, yaitu dengan pengulangan dan pembubuhan afiks pada bentuk dasarnya:

hitam → kehitam-hitaman

putih → keputih-putihan

merah → kemerah-merahan

jelek → sejelek-jeleknya

tinggi → setinggi-tingginya

dalam → sedalam-dalamnya

Proses pembentukan kata ulang berimbuhan seperti ini, sebenarnya sama dengan kereta menjadi kereta-kereta dan ditambahui imbuhan -an. Hanya saja, bentuk kereta-keretaan tidak berasal dari kereta-kereta yang diberi imbuhan -an, karena secara makna keduanya tidak ada kesamaan.

  1. Kata Ulang Berubah bunyi

Kata ulang yang pengulangannya termasuk dalam golongan ini sebenarnya sangat sedikit. Di samping bolak-balik terdapat kata kebalikan, sebaliknya, dibalik, dan membalik. Dari perbandingan itu, dapat disimpulkan bahwa kata bolak-balik terbentuk dari bentuk dasar balik yang diulang seluruhnya dengan perubahan bunyi dari /a/ menjadi /o/, dan dari /i/ menjadi /a/. Contoh lain dari kata ulang berubah bunyi ini, seperti:

gerak → gerak-gerik

serba → serba-serbi

robek → robak-rabik

Di samping perubahan bunyi vokal seperti contoh di atas, terdapat pula perubahan bunyi konsonan, seperti:

lauk → lauk-pauk

ramah → ramah tamah

sayur → sayur-mayur

Ramlan memberikan contoh-contoh seperti kata-kata di atas tentang bentuk kata ulang berubah bunyi. Sedangkan kata-kata seperti, simpang-siur, sunyi-senyap, beras petas, tidak termasuk ke dalam golongan kata ulang berubah bunyi. Menurut Ramlan, kata-kata itu tidak dimasukan ke dalam golongan kata ulang berubah bunyi karena, siur bukanlah perubahan dari simpang, senyap bukan perubahan dari sunyi, dan petas bukan pula perubahan dari beras. Bentuk-bentuk seperti ini tidak termasuk dalam kata ulang berubah bunyi, tetapi bentuk-bentuk seperti itu adalah bagian dari kata majemuk yang salah satu morfemnya berupa morfem unik.

Jadi, pada kata ulang berubah bunyi ini, perubahan bunyinya tidak terlalu banyak dan bunyinya berhubungan dengan bunyi pada bentuk dasarnya.

C. Makna kata ulang:

1. Menyatakan banyak tak tentu.

Contoh :


- gunung-gunung

- daerah-daerah

- gerak-gerik

- rumah-rumah

- pepohonan


2. Menyatakan sangat.

Contoh :


- rajin-rajin

- besar-besar

- kuat-kuat

- manis-manis


3. Menyatakan saling, berbalasan atau

pekerjaan dilakukan oleh dua pihak.

Contoh :


- kunjung-mengunjungi

- tuduh-menuduh

- tolong-menolong


4. Menyatakan paling atau intensitas.

Contoh :


- sebaik-baiknya

- setinggi-tingginya

- sebanyak-banyaknya


5. Menyatakan tiruan atau menyerupai.

Contoh :


- orang-orangan

- siku-siku

- rumah-rumahan


6. Menyatakan banyak (jamak) yang menyangkut proses (pekerjaan).

Contoh :

- duduk-duduk - minum-minum

- membaca-baca - tidur-tiduran

- berjalan-jalan - melihat-lihat

7. Menyatakan dikenai sifat atau agak.

Contoh :


- kebarat-baratan

- kemalu-maluan

- kehijau-hijauan


8. Menyatakan himpunan pada kata bilangan.

Contoh :


- dua-dua

- lima-lima

- banyak-banyak


9. Menyatakan agak….(melemahkan arti).

Contoh :


- Kepala pening-pening.

- Badan sakit-sakit.

- Jangan malu-malu.


10. Menyatakan beberapa.


Contoh :


- bertahun-tahun ia menunggu.

- berhari-hari ia menani

11. Menyatakan terus-menerus.

Contoh :


- bertanya-tanya

- mencari-cari


12. Menyatakan waktu.

Contoh :


- Pagi-pagi minum es.

- Datang-datang marah.


13. Menyatakan makin atau bertambah.

Contoh :

- Lama-lama ia pingsan.

- Meluap-luap amarahnya.

14. Menyatakan berusaha … atau penyebab.

Contoh :

- menyabar-nyabarkan diri.

- menguat-nguatkan hati.

- menahan-nahan amarah.

Dari beberapa penjelasan tersebut, secara garis besar, kata ulang dapat di klasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu kata ulang murni dan kata ulang semu, sebagaimana berikut:

  • Kata ulang murni, adalah kata ulang yang masih dapat dipisah menjadi bentuk yang lebih kecil dan mempunyai bentuk dasar. berdasarkan bentuk proses pengulangannya,ada tiga macam kata ulang murni, yaitu:
  1. Kata ulang utuh, adalah kata ulang yang diulang secara utuh.

Contoh: gedung + { R } = gedung-gedung.

  1. Kata ulang sebagian, adalah kata ulang yang pada proses pengulangannya hanya sebagian dari bentuk dasar saja yang diulang.

Contoh: berjalan + { R } = berjalan-jalan

  1. Kata ulang berimbuhan, adalah kata ulang yang mendapatkan imbuhan atau kata ulang yang telah diberi afiks. Baik itu prefiks, infiks maupun sufiks.

Contoh: mobil + { R } = mobil-mobil + an = mobil-mobilan.

  1. Kata ulang berubah bunyi, adalah kata ulang yangberubah bunyi dari bentuk dasarnya setelah terjadinya proses pengulangan.

Contoh: sayur + { R } = sayur-mayur

  • Kata ulang semu, sebenarnya bukan kata ulang tetapi menyerupai kata ulang karena bentuk dasarnya sudah seperti itu.

Contoh: mondar-mandir, compang-camping, onde-onde.

0 komentar: